Dosen Universitas BSI Latih Bahasa Inggris FKMT Cempaka Putih
Dosen Universitas BSI Latih Bahasa Inggris FKMT Cempaka Putih JAKARTA – Pendidikan tidak mengenal usia, karena seperti hadis Nabi Muhammad SAW, belajarlah dari buaian hingga akhir hayat. Itu benar-benar diyakini dan dilaksanakan oleh anggota FKMT (Forum Komunikasi Majelis Taklim) Cempaka Putih Barat. Padahal, mereka adalah komunitas religius yang beranggotakan ibu-ibu majelis taklim yang umumnya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Menyadari kesempatan emas tersebut, Program Studi Bahasa Inggris Fakultas Komunikasi dan Bahasa Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) menggelar Pengabdian Masyarakat di Forum Komunikasi Majelis Taklim Cempaka Putih Barat di Jl. Percetakan Negara No.754, RT.3/RW.6, Cemp. Putih Bar., Kec. Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10570, pada Sabtu 8 Oktober 2022.
Adapun tema pengabdian masyarakat berupa pengajaran Bahasa Inggris berjudul “Pelatihan How to Express Feelings in English". Kegiatan tersebut digelar oleh Dosen Prodi Bahasa Inggris yakni Yanti Rosalinah, Ibnu Subroto, Andika Hendra Mustaqim, dan Retno Rahayuningsih. Selain itu, dua mahasiswa UBSI juga ikut bergabung yakni Aliyya Hanifah dan Widia Damayanti Taher. Selama proses pengabdian masyarakat tersebut, ibu-ibu FKMT sangat antusias mengikuti proses pelatihan Bahasa Inggris. Bukan hanya fokus pada penyampaian materi yang bersifat penjelasan, tetapi proses interaktif dan dialog menjadi kesempatan yang tak disia-siakan oleh para peserta didik. Meskipun usia peserta pembelajaran tersebut tidak lagi muda, mereka masih memiliki semangat untuk terus belajar dan menambah pengetahuan. Apalagi, selama proses pembelajaran, ibu-ibu yang rata-rata berusia 40 tahun hingga 50 tahunan tersebut juga ingin menggunakan kesempatan itu untuk bisa belajar Bahasa Inggris agar bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menonton film berbahasa Inggris dan mengajari anak mereka. Karena itu, mereka juga mau belajar dan belatih dalam penyampaian perasaan dalam Bahasa Inggris.
Ibnu Subroto, selaku tutor dalam pengabdian masyarakat itu, menyampaikan pembelajaran dengan model komunikatif dan persuasif. Itu dikarenakan peserta didik pada kesempatan itu adalah ibu-ibu yang sudah dikategorikan sebagai orang dewasa, maka sistem pembelajaran menggunakan pendekatan andragogik. Proses penjelasan dan pemaparan materi Bahasa Inggris lebih bersifat berbagi pengalaman. Materi yang disampaikan juga disesuaikan dengan konteks ibu-ibu majelis taklim yang umumnya adalah ibu rumah tangga. “Pengabdian masyarakat kali ini memang seru. Biasanya kita kan mengajar anak-anak kuliah. Kini kita menghadapi tantangan baru mengajar Bahasa Inggris untuk ibu-ibu,” terang Ibnu Subroto. Proses filosofis dalam pembelajaran andragogik mengacu bahwa ibu-ibu sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman, sehingga pengabdian masyarakat ini lebih ditekankan pada upaya untuk berbagi pengetahuan dan diskusi mengenai apa yang sudah dibelajaran. “Tak kalah penting adalah mempraktekkan materi yang sudah didapatkan,” imbuhnya. Selama proses pengabdian masyarakat, ibu-ibu FKMT tidak ada yang mengaku bosan. Mereka merasa memiliki kelas pelatihan tersebut dan tidak ingin mengabaikannya. Apalagi, materi yang disampaikan oleh Ibnu Subroto juga tidak membosankan. Banyak lelucon yang akrab di telinga ibu-ibu sehingga memicu gelak tawa di antara para peserta didik. Suasana pembelajaran yang akrab tersebut itu mendorong ibu-ibu tidak merasa canggung dan cenderung berani untuk berbicara Bahasa Inggris dan mengerjakan tugas yang diberikan. Mereka menganggap itu sebagai wahana pembelajaran, sekaligus penyegaran di tengah aktivitas keseharian mereka.
Seperti diungkapkan oleh Yanti Rosalinah, dosen Bahasa Inggris UBSI, mengungkapkan pembelajaran Bahasa Inggris untuk ibu-ibu sangatlah penting. “Selain mengurus rumah tangga, mendampingi anak-anak mereka dalam setiap kegiatanpun harus menjadi prioritas utama. Hal itu yang menjadi alasan dan motivasi bagi dosen-dosen Universitas Bina Sarana Informatika untuk mengadakan pelatihan bahasa inggris dalam penggunaan expressing feelings untuk ibu-ibu majelis taklim,” ungkapnya. Yanti juga menambahkan bahwa pelatihan ini sebagai ajang menambah wawasan mengenai Bahasa Inggris kepada ibu-ibu dari calon penerus bangsa. “Sehingga kelak anak-anak mereka tidak hanya menjadi generasi cerdas dan berakhlaq mulia, tetapi menjadi pribadi yang mandiri dalam menyongsong masa depan yang cerah,” tuturnya. Ini menjadi suatu catatan bahwa untuk menciptakan generasi mendatang yang siap menghadapi globalisasi dan internasionalisasi, maka pendidikan untuk ibu-ibu menjadi hal yang penting. Dosen Bahasa Inggris UBSI ingin memberikan kontribusi tersebut.
Tautan Penting